Partner - 2
Thursday, November 24, 2005

Oh ya... dan bila traveling bersama pasangan, harus sabar juga bila harus memfoto pasangan yang ingin bergaya seperti ini.

Ehehehe... Luv you A!




Partner

aditTraveling sendirian atau bersama partner, memberikan kepuasan batin yang berbeda. Februari 2005, saya sendirian pergi ke Morocco dan bertemu suami di Casablanca. Untuk kasus yang satu ini, bisa dikatakan grey area antara traveling sendirian dan traveling bersama partner tidak ya? Hehehe...

Bila traveling bersama partner, keuntungan pertama yang didapat adalah menghemat pengeluaran. Yang satu ini penting loh. Terutama di Eropa, bila menginap di hotel, harga-harganya cukup membuat saya pingsan di tempat. Atau saat kami berada di Venice, incaran kami adalah mengelilingi Venice dengan gondola. Untuk pasangan yang belum lama menikah seperti kami tentu ini adalah hal yang romantis. Mau tau berapa harga yang mereka tawarkan? EUR 80. Nah, kalau bersama partner bisa saja di split dengan masing-masing membayar EUR 40. Kalau sendirian? Harus tanggung sendiri kan. Oh ya, kami tidak jadi naik gondola. Grazie! Terlalu mahal deh.

Bila traveling bersama pasangan, maka hal pertama yang harus dihindari adalah bertengkar. Satu sama lain harus saling support, memiliki kadar marah yang rendah dan tidak boleh saling menyalahkan alias harus kompak.

Saat di Copenhagen, pemilik toko tempat saya membeli coat pernah datang ke Jakarta untuk urusan perdagangan. Dia memberi tahu saya bahwa bila ingin berbelanja dengan harga dibawah Copenhagen dan dengan kualitas yang bagus, maka tunggu untuk membelinya di Italy. Sebetulnya saya bukan tipe shopaholic, tapi entah kenapa saat berada di Italy nafsu belanja saya benar-benar tinggi. *Sigh*. Saya sangat tergila-gila dengan boots. Untung suami saya sangat suportif dan penuh pengertian ketika saya sering melihat-lihat boots di etalase toko sebelum membeli yang benar-benar saya suka. Alasan saya, di Indonesia saya belum pernah mendapatkan boots selutut dengan bahan yang enak dan karena saya jarang belanja, jadi suami saya sabar sekali.

Suami saya paling pintar membaca peta. Maka saya selalu mengandalkan dia. Suatu hari kami nyasar dengan bawaan yang cukup berat. Nah, sebagai pasangan, saya tidak boleh protes atau menggerutu bila keahlian dia hari itu tidak tepat.

bikePernah suatu hari, saat kami di Seville. Waktu itu hari Minggu dimana hampir semua toko di pagi hari tutup. Sedangkan kami berencana untuk membeli tiket kereta dari Seville menuju Cordoba untuk hari Senin. Hari itu kami menyewa sepeda dari hostel. Saya ingin bersepeda sekalian untuk membakar lemak di daerah perut yang semakin buruk. Lagipula, bagaimana tidak tergoda untuk bersepeda karena jalan di eropa itu rata dan bagus.
Resepsionis hostel memberi kami alamat agen yang menyediakan tiket kereta. Sementara saya mengusulkan untuk langsung pergi ke Santa Justa, stasiun kereta. Akhirnya kami sepakat untuk pergi ke agen yang tempatnya tidak jauh dari hostel.

Ternyata... tempatnya jauh dan kami tidak bisa memesan!

Akhirnya kami pergi juga ke Santa Justa dan kami sampai setelah DUA JAM! Hahaha... kalau kami adalah peserta The Amazing Race, sudah pasti kami tereliminasi.

Jadi ingat yaaa... perjanjian pertama bila traveling bersama pasangan adalah... jangan bertengkar! ;-)




The Netherlands
Monday, November 21, 2005

From Denmark we fly to The Netherlands.

Sore ini kami menuju The Netherlands, negara kedua dari empat negara dalam list Euro Trip. Kami memutuskan untuk bersantai dibanding hari-hari sebelumnya. Karena breakfast tidak termasuk, kami tidak sarapan di hotel dan sekalian check out. Hehehe...

Sebelum sarapan, kami berjalan kaki ke stasiun sentral untuk menyimpan satu duffel bag, koper kecil beroda dan tas ransel yang cukup berat karena suami saya keukeuh untuk membawa laptop. Dengan membayar DKK 35 (setara dengan EUR 5) kami menyimpan semua bawaan di loker dan tidak lupa membeli tiket untuk menuju Kastrup sebesar DKK 51.

Kami kembali menuju area pedestrian setelah selesai dengan stasiun sentral dan berakhir dengan minum segelas latte yang tinggi dengan sebuah roti danish di Baresso, Vimmelskaftet 48.

Pesawat yang akan membawa kami ke Schiphol adalah sterling dan take off malam hari. Pesawatnya sangat sepi penumpang loh. Mungkin kurang dari 15 orang yang pergi ke The Netherlands malam itu.

Kami sampai di Schiphol kurang lebih jam 21.30 dan di sana sudah ada Icol & Farid yang menjemput kami. Awww! Senang dong bertemu orang Indonesia di negeri orang. Terlebih lagi mereka berdua dan kami sama-sama lulusan SMA yang sama di Bandung.

Icol & Farid lalu mengantar kami ke apartemen Lia Sukri ;-) di Haarlem. Terima kasih ya Lia, kita diizinkan menumpang di apartemennya. Kata Icol, Lia jarang menempati apartemen itu, jadi selama dua malam kami menumpang tidur di sana. Apartemennya enak deh! Besar dan pemandangannya juga enak.

Kami berempat mengobrol sampai jam 1.30 pagi. Hahaha... Oh ya saat menonton tv lokal, ada orang Indonesia yang tentu sudah jadi warga negara Belanda, seorang pianist bernama Wibi yang tergila-gila dengan karakter Disney.

Belanda dingin tapi tidak terlalu bila dibandingkan Denmark.


Oh ya, satu lagi... toilet-nya cukup membuat tegang karena 'tidak langsung pergi'... hahaha...




ps, gambar diambil dari images google.




Foods
Sunday, November 20, 2005

Tiga hari menjelang euro trip, saya sakit perut hebat. Sedang tidur dengan lelap, tiba-tiba saya mengaduh dan bangun kesakitan. Salah saya sih memakan makanan yang sudah kadaluarsa ditambah lagi perut saya memang sensitif. Jadi maklum deh kalau saya termasuk orang Indonesia yang tidak suka makan makanan pedas.

Nah, sebelum ke airport, saya dan suami makan di sebuah restoran Arab tidak jauh dari apartemen kami. Daging sapi-nya memang killer sekali! Super lezat! Tapi... saya tidak sengaja menyicip saus yang saya kira saus tomat biasa. Ternyata saus itu pedasss sekaliii!!!

Saat pesawat take off, sakit perut itu kembali terasa. Saya tidak berantisipasi untuk membawa sahabat dalam duka saya, si minyak kayu putih. Maka sepanjang penerbangan, saya harus menahan rasa sakit di perut dengan menaruh kedua telapak tangan saya di sana. Sakit perut yang ini masih kelas ringan sih, bukan sakit perut melilit seperti sebelumnya. Gara-gara itu seorang pramugara sampai bertanya pada suami saya apakah saya hamil. Hahahaha...

Maka, sampai di Copenhagen saya harus makan yang padat-padat. Kami mampir ke China Box. Saya membeli nasi putih dan sayur ditambah dengan ayam. Sebetulnya ada nasi yang dicampur kacang polong dan sedikit potongan daging kecil (nasi favorit saya!). Tapi biar lebih aman, saya memilih yang putih saja. Sebagai muslim, saya berhati-hati untuk tidak memakan makanan yang mengandung babi.

Denmark, tidak seperti Italy, China atau Indonesia... sepertinya tidak memiliki makanan khas. Itu juga apa yang dikatakan teman saya Maria yang orang Denmark. Menurut Maria, yang terkenal, Denmark adalah penghasil babi terbaik di dunia. Karena babi dari Denmark memiliki daging yang lebih banyak (karena gemuk dibandingkan babi dari negara lain) dan babi Denmark memiliki tubuh yang lebih panjang.

Tidak mengherankan sih. Pagi di hari kedua kami di Copenhagen, kami sarapan di stasiun sentral. Hampir semua yang disajikan mengandung babi. Maka kami cukup memesan segelas teh hangat dengan roti yang berisi keju saja.

Kenapa muslim tidak boleh makan babi? Kenapa muslim harus makan hewan yang disembelih a.k.a halal, suami saya menjelaskan ditinjau dari sudut pandang ilmiah. Yang mana sangat masuk akal.

Malamnya, pulang dari Roskilde, suami mengundang teman-temannya untuk makan malam di restoran China. Hehehehe... Teman suami saya ada tiga orang. Dua orang Indonesia yang sedang di ekspat di Copenhagen dan seorang lagi orang Denmark yang pernah diekspat di Semarang.

Oh ya untung juga saya tidak membeli nasi yang ada kacang polong dan daging kecil-kecil itu. Saat buffet di restoran China itu, ada nama dan kandungannya pada tiap makanan. Ternyata nasi yang tidak plain itu memakai daging babi.




Roskilde

Sorenya, kami pergi ke stasiun sentral untuk menuju sebuah kota yang bernama Roskilde. Roskilde adalah kota dengan penduduk yang sedikit dimana terdapat Museum Kapal Viking.


Museumnya sendiri menghadap laut dan salah satu dindingnya terbuat dari kaca. Bagus deh! Selain lima kapal Viking, terdapat teater, benda-benda peninggalan Viking dan gift shop.




Viking ship museum on the left


Karena penggila sejarah, suami saya membeli dua buku tentang Viking. Kalau saya? Apalagi kalau tidak membeli postcard. Mudah dibawa dan yang paling penting, tidak berat.


see yourself as a viking?


hmmm... i have to try.


do i look like a viking maung bandung?




Esplanaden








Amalienborg

Setelah selesai mengikuti kanal tur, kami mulai berjalan dari Nyhavn sampai ke Esplanaden tapi sambil mampir-mampir juga ke tempat lain, seperti Amelienborg. Amelienborg ini adalah istana yang didiami keluarga kerajaan pada saat winter. Letaknya tidak jauh dari kanal dan bersebrangan dengan The Opera House.

Di sini banyak sekali turis terutama turis-turis yang sedang menikmati masa pensiunnya. Kami bertemu dengan pasangan turis lanjut usia dari Inggris yang masih sangat mesra lho! Berpegangan tangan selalu.





Nyhavn

Dengan suhu 0 derajat, matahari baru muncul pada sekitar jam 9 pagi. Itu juga tidak selalu muncul. Kadang-kadang tidak ada matahari sama sekali. Tapi kami beruntung karena kemarin dan hari ini matahari bersinar di Copenhagen.

Hari ini kami sudah memutuskan untuk pergi ke Nyhavn dan Roskilde. Untuk menuju Nyhavn, sebenarnya bisa kami tempuh dengan 40 menit berjalan kaki dari hotel. Tapi kami dengan alasan 'mengejar matahari' menggunakan metro dan sedikit jalan kaki menuju Nyhavn.

Nyhavn adalah pelabuhan baru yang dibangun pada kurang lebih 300 tahun yang lalu. Meski sudah berumur, Nyhavn sangat terawat. Dulu, pelabuhan ini dibangun untuk mengurangi 'kemacetan' di pelabuhan utama. Coba lihat deh bangunannya yang berwarna-warni. Persis seperti gambar-gambar di magnet kulkas deh. Oh ya, penulis legendaris HC Andersen juga pernah tinggal di Nyhavn.

Di Nyhavn kami memilih untuk melihat Copenhagen dengan kanal tur menggunakan DFDS Canal Tour. Per orang dikenakan biaya DKK 50. Kanal tur ini berlangsung kurang lebih selama 45 menit yang dipandu oleh seorang tour guide yang cantik.




Baresso


Kalau berkunjung ke Denmark, bagi pecinta kopi, saya menyarankan untuk pergi ke baresso coffeebar.

Foto Baresso yang ada di sini berlokasi di area pedestrian. Tepatnya di Vimmelskaftet 48.

Menurut informasi barista, pemilik Baresso adalah seorang Danish yang berdarah Italia. Sayangnya, Baresso ini hanya ada di Denmark.

Sumpah deh! Kopi-nya enak banget! Meski saya tahu, banyak kopi yang mereka gunakan berasal dari Indonesia!







I Look Like...
Saturday, November 19, 2005

Ini adalah foto kami berdua saat malam di Tivoli. Dan ini terakhir kalinya saya memakai kupluk. Ehehehe... Karena...

Setelah dipikir-pikir...

mirip dengan




Tivoli

Orang-orang Denmark sangat mengenal baik Tivoli. Saya penasaran saja, apa sih Tivoli? Ternyata, kalau di Indonesia Tivoli itu sama dengan Dufan!

Kami mendengar suara teriakan orang-orang yang ber-halilintar ria. Pokoknya segala macam permainannya mirip dengan yang ada di Dufan. Kami lalu pergi ke salah satu kiosk dan membeli segelas hangat coffee latte dan wafer. Setelah selesai dengan Tivoli, kami lalu dinner di burger king - pedestrian.




Salah satu dekorasi di Tivoli... Tree of love. Ehehehe...

Penjual souvenir di Tivoli


Sampai di hotel, kami cepat-cepat menarik selimut dan tidur di satu tempat tidur single. Dingin!!!




Cab Inn

Setelah selesai dengan misi membeli coat & gloves, kami kembali ke hotel untuk check in. Saya langsung membayangkan betapa nyamannya berbaring di tempat tidur. Maklum, setelah terbang dari Abidjan menuju Charles De Gaulle dan berlari-lari di airport agar tidak ketinggalan pesawat menuju Copenhagen, kami tidak langsung beristirahat di hotel melainkan langsung ke pedestrian.

Hotel tempat kami menginap adalah Cab Inn. Sesuai namanya, kamar tempat kami tidur benar-benar seperti kabin sebuah kapal. Saya ingat, tahun lalu ketika dievakuasi, saya dan suami tidur di sebuah salah satu kapal milik perusahaan. Letaknya persis sama. Kamar mandinya pun mirip sekali.

Jadi kesimpulan, kamarnya kecil. Ada televisi dengan pilihan channel yang tidak banyak (diantaranya TV2-TV lokal Denmark dan CNN). Tidak ada mini bar.

Yang ada: dua tempat tidur single yang bertingkat dan pemanas air plus dua sachet kopi-teh-gula.

Karena lelah, kami berdua berniat tidur setengah jam. Ketika bangun, saya melihat hari sudah gelap. Langsung saja saya cek jam tangan. Hah! Jam 22.30!!!

Yaaa ampuuun...

Lama sekali saya tertidur!

Saya lalu menonton televisi dan membiarkan suami saya tidur. Setengah jam kemudian saya merasa sepi dan 'terpaksa' membangunkan suami.

"A! Bangun A... Kita ketiduran! Sekarang udah jam 22.30!"

Suami saya bangun dan tidak percaya dengan apa yang saya katakan. Ia lalu mengecek jam tangan saya dan...

"Nih! Jam 5 sore! Kamu tadi liat jam-nya kebalik!"

Aduuuh! Hehehe...

Tapi untung juga saya salah melihat jam. Kami lalu bersiap-siap memakai coat dan pergi berjalan kaki menuju tivoli.




-2 Degrees

Alhamdulillah akhirnya kita sampai di Copenhagen kira-kira jam 10 pagi. Kesan pertama? DINGIN! Ahahaha... yaa, it was -2 degrees! Dari pesawat, beberapa area terlihat putih diliputi salju.

By the way... adalah cukup melelahkan saat berada di Charles De Gaulle. Bayangkan saja, kami hanya memiliki waktu kurang dari 1 jam untuk boarding (airfrance yang menuju ke Copenhagen). Airfrance luar biasa 'ngaret' pada saat pergantian crew di Lome. Hasilnya? Turun dari pesawat, kami segera naik mobil yang disediakan pihak airport. Sementara penumpang lain yang waktu transitnya lebih lama, menggunakan bis. Lalu, kami harus berlari agar tidak telat boarding. Bila terlambat maka pesawat yang selanjutnya adalah 4 jam dari saat itu.

Sampai di airport, kami menumpang mobil orang tua Maria. First thing first, kami menuju stasiun sentral untuk menukarkan uang dari EUR ke DKR (danish krona) dan membeli tiket metro. Meski termasuk uni eropa, seperti Inggris, Denmark tetap menggunakan mata uangnya dan kami mendapatkan rate terbaik di stasiun sentral. Menukarkan uang di money changer lain jatuhnya lebih mahal.

Kami lalu menuju cab-inn, tempat kami menginap selama di Copenhagen. Tempatnya terletak tidak jauh dari stasiun sentral dan Tivoli. Karena baru bisa check in jam 14.00, maka kami menyimpan duffel bag dan koper kecil di locker hotel.

Acara pertama? Menuju pedestrian untuk membeli coat! Brrr... Kami tidak dapat menemukan tempat yang menjual winter clothes di Abidjan. Iya sih, suhu Abidjan secara normal adalah 28 - 30 derajat, jadi sangat sulit untuk menemukan jaket tebal. Saya langsung kangen dengan Bandung. Ahhh... Betapa bagus dan murahnya coat dan jaket tebal itu.


God morgen Copenhagen!


Ini adalah suasana pedestrian di Copenhagen




Euro Trip Begins
Friday, November 18, 2005

November 18, 2005.
Akhirnya... dimulai juga perjalanan EURO TRIP si istribawel dan suamigila.

Sebelum pergi, kami sudah membuat perjanjian bahwa kita tidak boleh 'berantem'. Harus kompak. Ahahaha...

Tujuan pertama adalah Copenhagen, Denmark. Kami pergi bersama Maria dan Mikkel, teman kami yang memang orang Denmark.

Dari Abidjan kita terbang menuju Charles De Gaulle - Paris Roissy dengan menggunakan airfrance. Sebelum ke Paris, pesawat transit terlebih dulu di Lome untuk pergantian crew.

Ini adalah foto istribawel dan suamigila di pesawat sebelum pesawat take off.




e-mail

ninit_yunita@hotmail.com

A Highly Recommended Book

Traveling Man - The Journey OF Ibn Battuta

Traveling - it makes you lonely, then gives you a friend.
Traveling - it offers you a hundred of roads to adventure and gives your heart wings!
Traveling - it leaves you speechless, then turns you into a storyteller.
Traveling - it had captured my heart and now my heart was calling me home.
Traveling - it gives you a home in thousand strange places, then leaves you a stranger in your own land.
Traveling - all you do is take the first step.

10 Recent Entries

  • Discover Denmark
  • Snowing in Venice
  • mekah
  • Hallo! Terima kasih
  • Traveler's Tale - SPICE! Magazine
  • Partner - 2
  • Partner
  • The Netherlands
  • Foods
  • Roskilde
  • Archives

  • April 2006
  • December 2005
  • November 2005
  • Travel philosophy from Ian Wright

    "If you spend too much time thinking about it, then you miss it! Things come. Keep looking, meet different people, and exchange ideas. There is no rule."

    "The first step is in your head. So don't think about it, buy a flight ticket tomorrow and then worry about it on the plane. This is the hardest step."
    Ian Wright - Globe Trekker

    Links

    43 Places
    create your traveling map
    Lonely Planet
    Real Travel
    Travbuddy.com
    Travelpod.com
    Virtual Tourist

    Airlines

    air berlin
    openjet
    easyjet
    germanwings
    excel
    skyeurope

    Sleeping

    coach surfing: be a guest at someone's house for FREE
    hostelworld
    travelpunk
    whichbudget
    youth hostel

    Packing

    one bag - the art & science of traveling light
    The universal packing list

    TV Show

    The Amazing Race

    Shoutbox

    Name :
    Web URL :
    Message :


    hits


    Directory of Travel Blogs

    pictures